Search This Blog

Friday, April 23, 2010

SEJARAH TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH DI INDONESIA



I. PENDAHULUAN
Penginderaan jauh (inderaja), khususnya inderaja dari satelit, berkembang sangat pesat. Negara-negara yang terlibat dalam pengembangan satelit akan semakin banyak termasuk dari Negara berkembang dan pihak swasta. Termasuk Indonesia masuk didalamnya, dimana diketahui Indonesia merupakan Negara kepulauan yang sangat luas yang terbesar disekitar khatulistiwa dan diantara dua benua, yakni benua Asia dan benua Australia, dan diapit dua samudra besar, yakni samudra Hindia dan samudra Pasifik. Selain itu, Indonesiajuga merupakan Negara maritime atau disebut dengan Negara bahari yang memegang peran penting dalam pembentukan iklim dan lingkungan global.
Era teknologi yang canggih sekelas inderaja sangat diperlukan di berbagai Negara, apalagi Negara Indonesia yang mempunyai kompleksitas bentukan lahan, bentang alam, maupun kekayaan alamnya dari mineral tambang sampai hasil laut. Indonesia saat ini dihadapkan pada tantangan untuk memelihara kelestarian lingkungan. Tantangan sosial, politik, ekonomi, jumlah penduduk yang mencapai lebih dari 200 juta, maka pendayagunaan sumbardaya alamnya harus dilakukan secara berkelanjutan (sustainable) sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Di samping itu pengolahan sumberdaya alam yang lestari dapat digunakan untuk meningkatkan ketahanan ekonomi, ketahanan politik, ketahanan dan kelenturan budaya. Oleh karena itu dibutuhkan teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk menghadapi tantangan tersebut. Teknologi penginderaan jauh dengan wahana satelit merupakan suatu alternative yang berdaya guna dan berhasil guna untuk pemetaan, inventarisasi, pemantauan sumberdaya alam dan lingkungan (Purwadhi, 1994 dalam Purwadhi dan sanjoto 2008: 39-40)
Kepemilikan satelit yang saat ini umumnya dimiliki oleh pemerintah dan beroperasi bukan untuk tujuan komersial akan berubah kepemilikan ke pihak swasta dengan basis komersial. Tantangan tersebut bahkan lebih besar dengan adanya arus globalisasi perekonomian dan informasi melalui jaringan internet ( kertasasmita 2000:1)
II. STASIUN SATELIT PENGINDERAAN JAUH ( LAPAN) SEPANJANG SEJARAH INDONESIA
Teknologi penginderaan jauh satelit telah berkembang melalui kehadiran berbagai system satelit pengideraan jauh untuk mengindera sumber daya alam hingga operasional. Kehadiran sejumlah satelit penginderaan jauh mulai dari satelit sumber daya alam eksperimental hingga operasional dengan berbagai misi, teknologi sensor (termasuk sensor radar) telah menghasilkan berbagai jenis data dan informasi mutakhir yang bersifat data spectral, data spasial , multi temporal, yang dapat di produksi secara cepat dan akurat. Perkembangan paket sensor penginderaan jauh yang dipasang pada satelit baik dengan system aktif ( radar) maupun system pasif (optic) semakin tinggi resolusinya, hal tersebut yang mendorong Indonesia yang mempunyai wilayah daratan dan lautan yang sangat luas untuk membangun stasiun bumi satelit penginderaan jauh yang pertama lembaga penerbangan dan antariksa nasional (LAPAN) (purwadi dan sanyoto 2008 : 40)
LAPAN telah terlibat dalam kegiatan inderaja sejak awal tahun 1970-an dan menjalani beberapa tahapan perkembangan, antara lain tahap investigasi (1972-1978, pengkajian (1983-1991) dan operasional ( 1993- sampai sekarang)
  1. Tahap invesigasi (1972-1982) yang meliputi
- pembangunan stasiun penerima data APT ( automatic picture transmition) satelit lingkungan dan cuaca NOAA (national oceania dan atmospheric administration) tahun 1973
- pengembangan stasiun buni satelit lingkungan dan cuaca di Jakarta untuk menerima data HRPT (high resolution picture transmition) satelit NOAA (1978) dan tahun 1980 stasiun ini diupgrade ( dikembangkan ) kemampuannya untuk menerima data satelit EMS
- untuk pemanfaatan selain cuaca, Indonesia memanfaatkan data airbone( aerial photography, airbone radar dan lain-lain) serta data satelit dalam bentuk hardcopy yang dipesan dari luar negeri.
  1. Tahap pengkajian (1983 – 1993):
- Tahun 1983, secara resmi baru dapat menerima lansung data satelit landsat (MSS) melalui stasiun bumi satelit sumber alam di Pekayon, Jakarta dan baru dapat mengolah dan melayani permintaan data pada tahun berikutnya.
  1. Tahap Operasional (1993 – sekarang):
- Stasiun bumi di atas semuanya dipercayakan pemerintah kepada LAPAN untuk mengoperasikanya dan keberadaan stasiun bumi adalah untuk kepentingan nasional. Dari pengalaman operasi penerimaan dan pemanfaatan data satelit-satelit khusus pengamatan lingkungan dan sumber alam tersebut, dapat sikenali kecenderungan kebutuhan pengguna terhadap data resolusi tinggi. Untuk itu LAPAN meningkatkan kemampuan stasiun buminyaagar dapat menerima data resolusi tinggi dari kedua satelit tersebut. Stasiun bumi in diresmikan oleh presiden Soeharto pada September 1993 sebagai tanda tahap operasional dalam akuisisi, pengolahan, dan distribusi data untuk melayani kebutuhan pengguna. Tahap operasional ini membawa implikasi LAPAN harus senantiasa menjaga kesinambungan operasi pelayanan kebutuhan pengguna.
Dari pengalaman operasi stasiun bumi tersebut ternyata terdapat kesulitan memperoleh data kawasan Indonesia Timur dan beberapa daerah Indonesi yang bebas awan. Apalagi data SPOT, yang luas cakupanya relative lebih kecil (60 X 60cm) dibandingkan dengan cakupan landsat, untuk mendapatkan data yang bebas awan jauh lebih sulit.
Untuk mengatasi hal tersebut dan untuk malayanipengguna telah dilakukan kegiatan mozaik data, selain kegiatan mozaik data optis, terutama untuk mendukung penyediaan data penginderaan jauh kawasan Indonesia Timur, LAPAN secara resmi menandatangani down link agreewent dengan ESA untuk operasi akuisisi dan distribusi data ERS-SAR dan melukan pembangunan stasiun penerimaan data JER 5-1 yang diresmikan oleh Menristek B-2. Habibie pada akhir tahun 1995. (Kartasasmita 2001:13)
Stasiun Bumi Satelit Penginderaan Jauh yang dioperasikan oleh LAPAN adalah:
1. Stasiun bumi satelit pinginderaan jauh dan sumber daya alam berada di Pare pare, Sulawesi Selatan dengan cakupan rekaman data hamper seluruh wilayah Negara kesatuan Republik Indonesia.
2. Stasiun bumi satelit lingkungan dan cuaca berada di Pekayon Pasar Rebo, Jakarta Timur, dan di Pulau Biak, Irian Jaya.
3. Fasilitas pengolahan dan distribusi data, serta informasi penginderaan jauh satelit di Pekayon, Pasar Rebo, Jakarta Timur (Purwadhi dan Sanjoto 2008 : 41)
III. JENIS PRODUK PENGINDERAAN JAUH SATELIT DI LAPAN
Jenis produk yang dihasilkan LAPAN antara lain dalam bentuk hard copy dan digital dalam media CCT (Computer Compatible Tape), CD ROM, EXA BYTE, dan Digital Audio Tape (DAT) (Kartasasmita 2001: 14). Jenis data inderaja satelit dari produk LAPAN antara lain:
1. Di Stasiun Bumi Satelit Inderaja dan Sumber Daya Alam, Parepare, Sulsel:
a. Tahun 1993 – 2005: data dan citra landsat (land satelit);
b. Tahun 2006: data dan citra SPOT (Satelit Pour/Probatoire | observation de la terre) dan data SPOT 4;
c. Tahun 1998 – 2001: Data JERS-1 (Japan Earth Resources Satellite), citra system pantulan dan radar. Data ini dari program eksparimental satelit dari pemerintahan Jepang, dan belum komersial.
2. Di Stasiun Bumi Satelit Inderaja lingkungan dan cuaca di pekayon, Pasar Rebo, Jakarta dan di Pulau Biak, Irian Jaya :
a. Data dab citra NOAA – AVHRR ( National Oceanic And Atmospheric
Anministration – Anvanced Very High Resolution Radiometer)
b. Data / citra GSM (Geostationary Meteorological satellite)
c. Data MODIS (Moderate Resolution Imaging Spectro Radiometer) aqua
(Purwadhi dan Sanjoto. 2008 : 43)
IV. SIMPULAN
Penginderaan jauh di Indonesia dalam kurun waktu dari 1972- sekarang telah mengalami upgrading (perkembangan) yang sangat pesat, baik dibidang sumber daya alam maupun lingkungan dan cuaca, dari mulai tahap investigasi sampai tahap operasional, kegiatan operasionalisasi penuh inderaja ini bertujuan akhir menjadikan penginderaan jauh suatu industri jasa teknologi tinggi yang tangguh di Indonesia. Pemgembangan industri jasa ini amat ditentukan oleh adanya users yang memadai, yang sekaligus juga merupakan pemakaian kontinyu data hasil produksi stasiun bumi satelit baik di Parepare maupun di Pekayon dan di Pulau Biak..
DAFTAR PUSTAKA
Purwadhi S.H. dan Sanjoto T-B.2008. Pengantar Interpretari Citra Penginderaan Jauh. Jakarta: LAPAN
Kartasasmitra, M.2010. Prospek dan Peluang Industri Penginderaan Jauh di Indonesia. Jakarta: LISPI

No comments:

Post a Comment