Search This Blog

Friday, April 23, 2010

TENAGA ENDOGENETIK SEBAGAI PEMBENTUK ROMAN MUKA BUMI


Permukaan bumi memberikan kompleksitas berbagai macam bentuklahan (land form) yang akhirnya nanti akan menjadi produk dari bentang lahan (land scape). Kaitannya dengan di atas, dalam studi geomorfologi terdapat skema kerincian studinya, yakni konfigurasi permukaan bumi yang dibentuk oleh proses endogenetik maupun proses eksogenetik yang sifatnya konstruksional, yang dipengaruhi oleh faktor struktur geologi dan topografi. Setiap unit geomorfologi dapat dirinci menjadi beberapa unit bentang lahan. Unit bentang lahan dapat dirinci menjadi beberapa unit bentuk lahan. Unit bentuk lahan dapat dirinci menjadi beberapa unit medan, dan selanjutnya unit medan dapat dirinci menjadi unit lahan (lahan terkecil).
1. Bentang Lahan (Land Scape), merupakan ujud luar permukaan bumi yang dapat dilihat dengan mata dan mempunyai kesamaan karakteristik bentuk lahan, tanah, vegetasi, termasuk sifat-sifat yang dipengaruhi oleh manusia. Bentang lahan dibedakan dalam bentang lahan kultural dan bentang lahan alami.
2. Bentuk Lahan (Land Form), merupakan kenampakan medan yang dibentuk oleh proses-proses alami, mempunyai komposisi dan visual tertentu.
3. Unit Medan (Terrain Unit), adalah kompleks permukaan fisik yang dekat dengan permukaan bumi. Maka dari itu, medan merupakan komponen lingkungan fisik, baik di permukaan bumi, di dekat permukaan bumi, maupun di bawah bumi.
4. Unit Lahan (Land Unit), adalah satuan lahan yang mempunyai kondisi semacam, yaitu kesamaan dalam iklim, kemiringan, relief, erosi, pola drainase, tanah, material pembentuk, vegetasi, dan penggunaan lahan (Verstappen, 1997 dalam Purwadhi dan Sanjoto, 2008 : 208 – 209).
Muka bumi dari waktu ke waktu mengalami suatu perubahan yang kontinu sebagai akibat dari proses geomorfik, yakni semua perubahan fisis dan kimiawi yang mengakibatkan terjadinya perubahan pada bentuk permukaan bumi. Proses geomorfik ini dapat dibedakan menjadi tiga yaitu proses hipogen atau endogenetik yang berasal dari dalam bumi, proses epigen atau eksogenetik yang berasal dari luar bumi, dan proses ekstraterestrial yang berasal dari planet lain ( Pramono, 2003 : 12 ).
Umumnya dalam geomorfologi terdapat empat aspek utama, yakni bentuk lahan, proses, genesis dan lingkungan, yang merupakan sintesis dari konsep-konsep yang ada sebelumnya. Lebih lanjutnya Karmono Mangun Sukardjo (1986) dalam Sastroprawiro et. al., 1991 : I-2 – I-3 menjabarkan empat aspek geomorfologi tersebut, yakni :
* Studi mengenai bentuk lahan, atau disebut dengan morfologi, mempelajari relief secara umum yang meliputi :
a) Morfologi : yakni aspek-aspek yang bersifat pemerian suatu daerah, antara lain teras sungai, beting pantai, kipas aluvial, dan plato
b) Morfometri : yakni aspek-aspek kuantitatif dari suatu daerah, seperti kemiringan lereng, bentuk lereng, ketinggian, beda tinggi, kekerasan medan, bentuk lembah, tingkat pengikisan, dan pola aliran.
* Studi mengenai proses geomorfologi, yakni proses yang mengakibatkan perubahan bentuk lahan dalam waktu pendek serta proses terjadinya bentuk lahan yang mencakup morfogenesa, dengan aspek-aspek :
a) Morfo-struktur pasif, meliputi litologi ( tipe dan struktur batuan ) yang berhubungan dengan pelapukan.
b) Morfo-struktur aktif, berupa tenaga endogen.
c) Morfo-dinamik, berupa tenaga eksogen yang berhubungan dengan tenaga angin, air, es, masswasting, dan vulkanisme.
* Studi geomorfologi yang menekankan pada evolusi pertumbuhan bentuk lahan atau morfo-kronologi, menentukan dan memerikan bentuk lahan dan proses yang mempengaruhinya dari segi umur relatif dan umur mutlak.
* Geomorfologi yang mempelajari hubungannya dengan lingkungan, studi ini mempelajari hubungan antara bentuk lahan dengan unsur-unsur bentang alam seperti batuan, struktur geologi, tanah, air, vegetasi, dan penggunaan lahan.
Informasi-informasi geomorfologis di atas merupakan salah satu sumber data yang dapat digunakan untuk mengkaji potensi sumber daya lahan, baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif, yang dicerminkan oleh kemampuan lahan sesuai dengan peruntukannya.
E. TENAGA ENDOGENETIK DALAM PEMBENTUKAN MUKA BUMI
Dalam geomorfologi tenaga endogenetik mempunyai peran tersendiri dalam kaitannya dengan perubahan permukaan bumi dalam kurun waktu tertentu. Tenaga endogenetik atau tenaga endogen ini dapat diartikan sebagai tenaga yang berasal dari dalam bumi. Proses yang berasal dari dalam ini dapat dibedakan menjadi dua, yakni diastropisme dan vulkanisme. Diastropisme ini terdiri dari tenaga epirogenesa dan tenaga orogenesa. Tenaga epirogenesa adalah proses pengangkatan kerak bumi dalam wilayah yang sangat luas dengan kecepatan relatif lambat, misalkan pengangkatan benua, sedangkan tenaga orogenesa adalah pengangkatan pada daerah yang relatif sempit dalam waktu relatif singkat, misalnya pembentukan pegunungan lipatan.
Proses endogen termasuk kegiatan kegunugapian dan proses-proses pembentukan perbukitan dan pegunungan (diastropisme) akan mengakibatkan perubahan bentuk permukaan bumi karena aktivitas gunung api, tektonik, maupun gempa bumi. Aktivitas tersebut menghasilkan struktur geologi maupun geomorfologi permukaan bumi. Berdasarkan struktur geologisnya kita kenal struktur horisontal (dataran dan plato), dan struktur miring (dome, lipatan, sesar, serta gunung api) ( Dibyosaputro, 1998 : 1-2).
Secara lebih spesifik, proses diastropisme berawal dari bawah kerak bumi yang di dalamnya terdapat panas interior yang menghasilkan arus konveksi panas sebagai motor penggerak lempeng-lempeng tektonik. Tenaga yang dihasilkan berlangsung dan bekerja sepanjang waktu, mengembangkan proses yang disebut dengan diastropisme. Diastropisme ini meliputi proses-proses pelipatan, sesaran, pelungsingan, pengangkatan dan penurunan sebagian atau seluruh benua, dan pergeseran tempat.
Disamping proses diastropisme yang dihasilkan oleh arus konveksi panas, terdapat proses yang lain yaitu vulkanisme. Vulkanisme meliputi proses perpindahan material lebur (magma) dari satu tempat ke tempat lain baik di dalam kerak bumi maupun pelepasannya pada permmukaan bumi. Vulkanisme timbul sebagai akibat dari pembentukan busur magmatik ketika terjadi tumbukan lempeng tektonik. Hasil dari proses vulkanisme adalah terbentuknya berbagai jenis gunung berapi di permukaan bumi (Pramono, 2003 : 33-34).
Menurut Lobeck, 1939 dalam Sastroprawiro, 1991 : IV-1 – IV-2, mengemukakan dalam diastropisme yakni tenaga epirogenesa, kenaikan dan penurunan relatif, lambat, kecepatan rata-ratanya 0,1 – 1 mm/tahun dan yang gerakan meliputi daerah yang luas dari kerak bumi, kurang lebih 1000 km². Sedangkan pada tenaga orogenesa gerakan vertikal terjadi umumnya lebih cepat dari epirogenesa, mendekati 0,1 – 1 cm/tahun.
Di dalam tenaga orogenesa terdapat hubungan yang erat dengan proses vulkanisme, yakni pembentukan pegunugan melibatkan deformasi tektonik seperti pelipatan dan pematahan yang kadangkala diikuti oleh intrusi magma dan kemudian dapat menjadi rangkaian pegunungan.
F. PRODUK BENTUKAN LAHAN TENAGA ENDOGENETIK
Bentuk lahan atau land form pada tenaga endogenetik ini terbentuk oleh dua proses geomorfologi yakni proses vulkanisme dan proses diastropisme. Proses vulkanisme melahirkan bentukan lahan vulkanik dan proses diastropisme melahirkan bentukan lahan struktural. Jadi dalam tenaga endogenetik hanya terdapat dua bentukan lahan yaitu bentuk lahan vulkanik dan bentuk lahan struktural.
* Bentuk Lahan Vulkanik
Vulkanisme adalah berbagai fenomena yang berkaitan dengan gerakan magma naik ke permukaan bumi. Akibat dari proses ini terjadi berbagai bentukan lahan yang secara makro disebut bentukan lahan vulkanik. Bentuk lahan bentukan asal vulkanis ini lebih didasarkan pada material / batuan penyusun berupa batuan vulkanis dengan berbagai jenisnya. Contoh dari bentukan lahan ini antara lain, kawah, kaldera, kerucut gunung api, kubah lava, bocca, dan sebagainya. Di bawah ini contoh gambar bentukan lahan vulkanik.
* Bentuk Lahan Struktural
Bentuk lahan ini terbentuk karena adanya proses diastropisme atau proses tektonik dari dalam bumi. Proses ini meliputi pengangkatan, penurunan, dan pelipatan kerak bumi sehingga terbentuk struktur geologi yakni lipatan dan patahan. Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam bentukan lahan ini, yaitu
1. Perbedaan daya tahan (resistensi) lapisan batuan terhadap tenaga pengikisan sangat nyata pengaruhnya terhadap perbedaan relief.
2. Sifat kelolosan air (permeabilitas) dari batuan penyusun yang berbeda antar lapisan batuan mengakibatkan perbedaan kepadatan alur pengatusan.
3. Pola aliran pada bentukan lahan ini umumnya sangat terkontrol oleh oleh struktur.
Bentukan lahan ini dicirikan oleh adanya perlapisan batuan yang mempunyai perbedaan ketahanan terhadap erosi. Akibat adanya tenaga endogen tersebut maka terjadi deformasi sikap perlapisan batuan yang semula horisontal menjadikan miring atau bahkan tegak dan membentuk lipatan. Penentuan nama suatu bentuk lahan struktural pada dasarnya didasarkan pada sikap perlapisan batuan (dip dan strike).
Di samping itu tenaga penyebab terjadinya bentukan struktural ini dapat berupa tekanan dari lapisan di atasnya yang tebal ke arah vertikal (bawah) sehingga massa sedimen yang lemah dan lunak di bawahnya tertekan. Apabila terdapat adanya bagian lapisan yang lemah akan terjadi penggelombangan ke arah atas karena terdesak oleh tekanan yang ada di sekitarnya. Contoh dari bentukan lahan ini antara lain horst, graben, peneplain, dan lain-lain. Contoh gambar bentuk lahan peneplain :
G. SIMPULAN
Tenaga endogenetik atau tenaga endogen dalam geomorfologi merupakan tenaga yang dapat dikatakan bersifat konstruksional, yaitu tenaga yang menghasilkan bentukan lahan yang dapat membangun roman muka bumi dari dalam bumi. Sehingga akan menjadikan permukaan bumi memperlihatkan kompleksitas berbagai macam bentukan-bentukan lahan yang memiliki karakteristik tersendiri. Di dalam tenaga endogen ini memiliki dua macam proses geomorfologi yang dapat membuat roman muka bumi menjadi kompleks, yakni proses vulkanisme dan proses diastropisme (tektonik).
DAFTAR PUSTAKA
Dibyosaputro, S. 1998. Geomorfologi Dasar. Catatan Kuliah Fakultas Pasca
Sarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Pramono, H. 2003. Geomorfologi Dasar. Diktat Kuliah Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Yogyakarta
Purwadhi, S.H. dan Sanjoto T.B.2008.Pengantar Interpretasi Citra Penginderaan
Jauh. Jakarta : LAPAN
Sastroprawiro et. al. 1991. Geomorfologi.Diktat Kuliah Universitas Pembangunan
Nasional Veteran Yogyakarta

No comments:

Post a Comment