Search This Blog

Saturday, October 29, 2011

SISTEM PENGALIRAN AIR BERSIH


Untuk mendistribusikan air minum kepada konsumen dengan kuantitas, kualitas dan tekanan yang cukup memerlukan sistem perpipaan yang baik, reservoir, pompa dan dan peralatan yang lain. Metode dari pendistribusian air tergantung pada kondisi topografi dari  sumber air dan posisi para konsumen berada. Menurut Peavy et.al (1985) sistem pengaliran yang dipakai adalah sebagai berikut :
1.      Cara Gravitasi 
Cara pengaliran gravitasi digunakan apabila elevasi sumber air mempunyai perbedaan cukup besar dengan elevasi daerah pelayanan, sehingga tekanan yang diperlukan dapat dipertahankan. Cara ini dianggap cukup ekonomis, karena hanya memanfaatkan beda ketinggian lokasi.
2.      Cara Pemompaan 
Pada cara ini pompa digunakan untuk meningkatkan tekanan yang diperlukan untuk mendistribusikan air dari reservoir distribusi ke konsumen. Sistem ini digunakan jika elevasi antara sumber air atau instalasi pengolahan dan daerah pelayanan tidak dapat memberikan tekanan yang cukup.
3.      Cara Gabungan 
Pada cara gabungan, reservoir digunakan untuk mempertahankan tekanan yang diperlukan selama periode pemakaian tinggi dan pada kondisi darurat, misalnya saat terjadi kebakaran, atau tidak adanya energi. Selama periode pemakaian rendah, sisa air dipompakan dan disimpan dalam reservoir distribusi. Karena reservoir distribusi digunakan sebagai cadangan air selama periode pemakaian tinggi atau pemakaian puncak, maka pompa dapat dioperasikan pada kapasitas debit rata-rata.  

PUSTAKA 
Peavy, H. 1985. Environmental Engineering. New Delhi : McGraw-Hill Publishing Company Ltd.

SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH


Sistem distribusi adalah sistem yang langsung berhubungan dengan konsumen, yang mempunyai fungsi pokok mendistribusikan air yang telah memenuhi syarat ke seluruh daerah pelayanan. Sistem ini meliputi unsur sistem perpipaan dan perlengkapannya, hidran kebakaran, tekanan tersedia, sistem pemompaan (bila diperlukan), dan reservoir distribusi (Damanhuri, 1989).
Sistem distribusi air minum terdiri atas perpipaan, katup-katup, dan pompa yang membawa air yang telah diolah dari instalasi pengolahan menuju pemukiman, perkantoran dan  industri yang mengkonsumsi air. Juga termasuk dalam sistem ini adalah fasilitas penampung air yang telah diolah (reservoir distribusi), yang digunakan saat kebutuhan air lebih besar dari suplai instalasi, meter air untuk menentukan banyak air yang digunakan, dan keran kebakaran.
Dua hal penting yang harus diperhatikan pada sistem distribusi adalah tersedianya jumlah air yang cukup dan tekanan yang memenuhi (kontinuitas pelayanan), serta menjaga keamanan kualitas air yang berasal dari instalasi pengolahan.
Tugas pokok sistem distribusi air bersih adalah menghantarkan air bersih kepada para pelanggan yang akan dilayani, dengan tetap memperhatikan faktor kualitas, kuantitas dan tekanan air sesuai dengan perencanaan awal. Faktor yang didambakan oleh para pelanggan adalah ketersedian air setiap waktu.

Suplai air melalui pipa induk mempunyai dua macam sistem, yaitu :
1.      Continuous system
Dalam sistem ini air minum yang disuplai ke konsumen mengalir terus menerus selama 24 jam. Keuntungan sistem ini adalah konsumen setiap saat dapat memperoleh air bersih dari jaringan pipa  distribusi di posisi pipa manapun.  Sedang kerugiannya pemakaian air akan  cenderung akan lebih boros dan bila terjadi sedikit kebocoran saja, maka  jumlah air yang hilang akan sangat besar jumlahnya.
2.      Intermitten system
Dalam sistem ini air bersih disuplai 2-4 jam pada pagi hari dan 2-4 jam pada sore hari. Kerugiannya adalah pelanggan air tidak bisa setiap saat mendapatkan air dan perlu menyediakan tempat penyimpanan air dan bila terjadi kebocoran maka air untuk fire fighter (pemadam kebakaran) akan sulit didapat. Dimensi pipa yang digunakan akan lebih besar karena kebutuhan air untuk 24 jam hanya disuplai dalam beberapa jam saja. Sedang keuntungannya adalah pemborosan air dapat dihindari dan juga sistem ini cocok untuk daerah dengan sumber air yang terbatas.  

PUSTAKA
Damanhuri, E. 1989. Pendekatan Sistem Dalam Pengendalian dan Pengoperasian Sistem Jaringan Distribusi Air Minum. Bandung : Jurusan Teknik Lingkungan FTSP-ITB. 

KONSEP AIR BERSIH


Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan akan menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai batasannya, air bersih adalah air yang memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan air minum. Adapun persyaratan yang dimaksud adalah persyaratan dari segi kualitas air yang meliputi kualitas fisik, kimia, biologi dan radiologis, sehingga apabila dikonsumsi tidak menimbulkan efek samping (Permenkes No. 416/Menkes/PER/IX/1990).

SISTEM JARINGAN INFRASTRUKTUR


Sistem infrastruktur merupakan pendukung utama fungsi sistem sosial dan ekonomi dalam kehidupan masyarakat. Sistem infrastruktur didefinisikan sebagai fasilitas-fasilitas atau struktur-struktur dasar, peralatan-peralatan, instalasi-instalasi yang dibangun dan yang dibutuhkan untuk berfungsinya sistem sosial dan ekonomi masyarakat (Grigg, 2000 dalam Kodoatie, 2003:9).
Secara lebih spesifik oleh American Public Works Association (Stone, 1974 dalam Kodoatie, 2003:187) infrastruktur didefinisikan sebagai fasilitas-fasilitas fisik yang dikembangkan oleh agen-agen publik untuk fungsi pemerintahan dalam penyediaan air, tenaga listrik, pembuangan limbah, transportasi dan pelayanan seimbang untuk memfasilitasi tujuan ekonomi dan sosial.
Dari definisi tersebut infrastruktur dapat dibagi dalam 13 kategori (Grigg, 1974 dalam Kodoatie, 2000:188) yang meliputi :
1.      Sistem penyediaan air : waduk, penampungan air, transmisi dan distribusi, fasilitas pengelolaan air (treatment plant);
2.      Sistem pengelolaan air limbah  : pengumpul, pengolahan, pembuangan dan daur ulang;
3.      Fasilitas pengelolaan limbah (padat);
4.      Fasilitas pengendalian banjir, drainase dan irigasi;
5.      Fasilitas lintas air dan navigasi;
6.      Fasilitas transportasi : jalan rel, bandar udara,  termasuk didalamnya adalah tanda-tanda lalu lintas dan fasilitas pengontrol;
7.      Sistem transit publik;
8.      Sistem kelistrikan : produksi dan distribusi;
9.      Fasilitas gas alam;
10.  Gedung publik : sekolah, rumah sakit;
11.  Fasilitas perumahan publik;
12.  Taman kota sebagai daerah resapan, tempat bermain termasuk stadion;
13.  Komunikasi.
Tiga belas kategori diatas dapat lebih diperkecil pengelompokannya (Griggs, 1988 dalam Kodoatie, 2003:168) yaitu :
1.      Grup transportasi (jalan, jalan raya dan jembatan); 
2.      Grup pelayanan transportasi (transit, bandara dan pelabuhan);
3.      Grup komunikasi;
4.      Grup keairan (air, air buangan, sistem keairan termasuk jalan air yaitu sungai, saluran terbuka, pipa);
5.      Grup pengelolaan limbah (sistem pengelolaan limbah padat);
6.      Grup bangunan;
7.      Grup distribusi dan produksi energi.

      PUSTAKA
Kodoatie, R. 2003. Manajemen dan Rekayasa Infrastruktur. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
__________. 2001. Pengelolaan Sumber Daya Air Dalam Otonomi Daerah. Yogyakarta : Penerbit Andi.

Thursday, October 27, 2011

BENTUKAN LAHAN ASAL PROSES AEOLIN (ANGIN)


Bentuk lahan asal proses aeolin merupakan bentukan lahan oleh proses eksogenik dengan angin sebagai agen pembentuk utamanya, yakni dengan membentuk endapan oleh adanya pengikisan, pengangkutan, dan pengendapan bahan-bahan tidak kompak oleh angin. Hakekatnya bentuk lahan aeolin terdiri dari 3 proses, yakni erosional (pengikisan), deposisional (pengangkutan), dan sedimentasi (pengendapan). 
Bentuk lahan aeolin dapat berkembang dengan baik apabila terpenuhi persyaratan sebagai berikut :
  1. Tersedia material berukuran pasir halus hingga kasar dalam jumlah yang banyak.
  2. Adanya periode kering yang panjang dan tegas.
  3. Adanya angin yang mampu mengangkut dan mengendapkan bahan pasir tersebut.
  4. Gerakan angin tidak banyak terhalang oleh vegetasi maupun obyek lain (gedung, bukit, dan lain-lain). (Dibyosaputro, 1998:83)
Lebih lengkapnya silahkan download di sini

Thursday, October 20, 2011

INTERPRETASI LAND FORM PADA FOTO UDARA

Foto udara selalu dibuat stereopair sehingga akan nampak 3 dimensi. Stereoskopis adalah pengamatan udara yang bertampalan atau tampilan perspektif lainnya dengan tujuan untuk memperoleh kenampakan 3 dimensi. Untuk menghasilkan pandangan stereoskopis ini, digunakan alat pengamatan yang mampu menghasilkan pandangan stereoskopis pada foto udara bertampalan. Alat tersebut dinamakan stereoskop.
Menurut Karmono (1984), bentuklahan didefinisikan sebagai kenampakan medan yang dibentuk oleh proses-proses alami, yang mempunyai komposisi tertentu dan julat karakteristik fisikan dan visual. Dalam Dibyosaputro, 1998 : 32-104 disebutkan klasifikasi bentuklahan sebagai berikut :

1)      Bentuklahan denudasional
2)      Bentuklahan struktural
3)      Bentuklahan vulkanik
4)      Bentuklahan fluvial
5)      Bentuklahan marine
6)      Bentuklahan solusional
7)      Bentuklahan glasial
8)      Bentuklahan aeolin
Pada foto udara, objek yang ada tergambarkan secara lengkap termasuk konfigurasi permukaan bumi. Dengan demikian foto udara dapat digunakan untuk mengenali bentuklahan. Menurut Verstappen (1977) kriteria untuk mengidentifikasi satuan bentuklahan adalah :

a.    Kriteria relief : berhubungan dengan bentuk-bentuk permukaan bumi baik bentuk datar ataupun bergelombang.
b.   Kriteria density : tingkatan rona pada foto udara pankromatik atau tingkatan warna pada foto udara infra merah berwarna dinamakan dengan density. Pada foto udara dapat diperoleh karakteristik rona dari berbagai kenampakan yang dapat digunakan sebagai dasar untuk pengenlalan objek pada citra.
c.    Kriteria lokasi : lokasi dimana bentuklahan terbentuk merupakan bagian dalam identifikasi bentuklahan melalui foto udara, karena bentuklahan tertentu hanya akan dapat terbentuk pada lokasi tertentu pula.


DAFTAR PUSTAKA

Karmono, M. 1980. Inventarisasi Sumberdaya Lahan di Daerah Aliran Sungai Serayu Dengan Tinjauan Secara Geomorfologi. Disertasi. Universitas Gadjah Mada

Verstappen, H. 1977. Remote Sensing in Geomorphology. Enschede : ITC